Ganjar Rumuskan Metode Atasi Anjloknya Harga Pangan

By Admin


nusakini.com-Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus berusaha merumuskan metode untuk mengatasi harga produk pertanian yang anjlok. Berbagai instansi dirangkul Ganjar untuk menemukan metode terbaik, salah satunya Badan Pusat Statistik (BPS). 

Ganjar menegaskan berbagai masalah muncul dari sektor itu, tidak hanya disebabkan oleh faktor jumlah komoditas dan permintaan, melainkan juga terkait soal data. Dengan data-data yang dimiliki, BPS berperan penting membantu pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan. 

“Jadi, kebijakan-kebijakan di sektor pertanian yang akan kami ambil, khususnya di bidang pangan adalah sesuai data-data terbaru dan valid,” kata Ganjar saat beraudiensi dengan Kepala BPS Sentot Bangun Widoyono di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (13/2). 

Ganjar menerangkan, salah satu cara yang harus dilakukan untuk memperbaiki anjloknya harga-harga produk pertanian adalah dengan perbaikan data. Sebab, data pertanian di Indonesia masih belum sempurna dan belum diperbarui.

Bahkan, dia mencontohkan, di Kabupaten Pemalang terjadi kesalahan data. Meski banyak perumahan baru, namun lahan subur di kabupaten itu justru bertambah. 

“Kan ini tidak mungkin. Ternyata setelah dicek datanya yang salah,” tegas gubernur. 

Data pertanian dari BPS, lanjut Ganjar, sangat dibutuhkan. Apalagi, jika data itu bisa diperoleh detail hingga ke bagian siapa tanam apa, di mana dan kapan akan panen. Dengan begitu, dapat mengantisipasi berbagai persoalan kemungkinan yang akan timbul. 

“Jika data ini dikelola baik, maka persoalan harga cabai atau harga bawang yang saat ini anjlok tidak akan terjadi. Sebelum itu terjadi kan sudah terlihat dari datanya. Kalau akan ada oversuplai barang, jadi bisa diambil kebijakan-kebijakan sebelum itu,” ujar mantan anggota DPR RI ini. 

Sementara itu, Kepala BPS Jateng, Sentot Bangun Widoyono mengatakan, BPS terus berupaya memperbaiki data-data yang sudah ada. Misalnya di sektor pertanian, umdengan metodologi baru yang dinamakan Kerangka Sampel Area (KSA). 

“Metodologi baru itu kami lakukan untuk mengumpulkan data dengan pendataan langsung di lokasi pertanian. Dengan kerangka itu, dapat diketahui luasan panen, waktu panen bahkan prediksi jumlah produksi hasil pertanian,” jelasnya. 

Meskipun hanya sampel, lanjut Sentot, namun tingkat keakuratan metodologi itu sudah teruji. Artinya, data yang dihasilkan dari metodologi ini dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan. 

“Dari data kami nanti akan terlihat, misalnya tiga bulan ke depan antara produksi dengan permintaan tidak seimbang, maka harus ada kebijakan yang diambil. Jadi persoalan harga cabai dan bawang yang murah saat ini nantinya bisa diantisipasi sejak awal,” tandasnya.(p/ab)